My Live and My Love
Minggu, 14 Juli 2013
Minggu, 20 Januari 2013
Prolog Hatiku Hanya Untukmu ;)
Prolog
Namaku
Cinta Andriana. Sejak kecil bisa dibilang aku orang yang sangat bahagia. Banyak
teman yang sayang dan peduli terhadapku. Setiap detik hidupku selalu di
habiskan untuk bermain bersama mereka semua. Satu harapanku kini, aku berharap
agar setelah besar nanti aku punya teman yang jauh lebih banyak daripada
sekarang ini.
Seiring
berputarnya waktu, kini aku telah tumbuh menjadi seorang remaja wanita. Teman
masa kecilku mulai pergi meninggalkanku satu per satu karena kurasa mereka
mulai sibuk dengan urusannya masing-masing. Terlebih lagi setelah aku pindah ke
rumah baruku. Dikompleks rumah baruku, ada suatu perasaan yang nggak pernah aku
alami. Yah, hal itu adalah rasa kesepian. Disini tidak ada seorangpun yang bisa
ku jadikan teman. Lebih tepatnya mungkin karena di sini belum ada anak
seusiaku. Selain itu, rumah-rumah disekitar gang ini masih banyak yang tak
berpenghuni alias kosong. Tetanggaku pun bisa dibilang mereka adalah pasangan
yang masih menikmati hidup barunya didalam ikatan pernikahan tanpa seorang
anak.
Yah, hidupku
di rumah sekarang tidaklah seramai seperti di kompleks lamaku. Disini aku
sendiri tanpa seorang teman. Lebih tepatnya kini hanya adikku yang bisa
kujadikan teman. Setelah sekitar tiga bulan aku tinggal di kompleks baruku ini,
akhirnya ada keluarga yang pindah ke kompleks ini. Yang ku tahu dan ku dengar
dari ibuku, dikeluarga itu ada seorang anak perempuan yang usianya sama
denganku. Jujur saja hatiku merasa sangat senang tapi… Aku malu untuk
mengajaknya berkenalan karena jelas saja aku bukanlah orang yang gamapang buat
dekat dengan orang baru yang belum pernah sekalipun aku kenal.
Suatu
hari, kulihat anak tersebut mencoba menghampiriku dan mengajakku berkenalan.
Tak lama kemudian dia sudah tiba di hadapanku.
"Hai, namaku Tika..
Nama kamu siapa.?" ucapnya dengan senyum.
"Hai juga Tika..
Aku Cinta.. Oh ya, kalau boleh tahu kamu dulu tinggal di mana..?" tanyaku.
"Hmmm… Aku dulu
tinggal di Semarang.." jawabnya.
"Ahh, jauh banget..
Kok kamu pindah ke sini..?" tanyaku dengan penuh penasaran.
"Ini semua karena
ayahku dipindah tugaskan ke daerah sekitar sini.. Jadi aku dan ibu juga harus
ikut ayah pindah ke sini" ujarnya padaku.
"Salam kenal yah,
Tik," ucapku sambil menjulurkan tangan.
"Iya Cin, salam
kenal juga," jawabnya padaku sambil menyambut tanganku.
"Oh iya.. Kamu mau
gak Tik jadi temanku?" tanyaku.
"Pasti mau dong,
Cinta," jawab Tika.
"Tapi akukan
gendut. Kamu emangnya gak malu punya teman seperti aku?" tanyaku lagi.
"Gak lah. Buat apa
malu? Kalau mereka gak suka yah urusan mereka. Yang pentingkan aku nyaman
berteman sama kamu," jelas Tika.
"Trima kasih yah,
Tika," ucapku dengan polosnya.
"Iya,
sama-sama," sahut Tika sambil tersenyum.
Beberapa
bulan aku mengenal Tika, aku menjadi semakin tahu kepribadian dan sifatnya.
Kami berdua sering bermain bersama setiap hari. Bahkan kami juga sering belajar
bersama. Yah, walaupun beda sekolah, tapi aku senang bisa bertukar pikiran
dengannya. Kini hidupku sudah tidak kesepian lagi
seperti waktu pertama kali pindah ke sini. Mungkin ini semua karena kehadiran
Tika disisiku sebagai seorang teman baikku.
Sampai
pada suatu hari Tika dan keluarganya memutuskan untuk pindah rumah lagi karena
ayahnya di pindah tugaskan lagi oleh kantornya. Walaupun rasanya teramat sedih,
tapi aku tidak bisa memaksanya untuk tetap tinggal di sini. Aku gak boleh egois
dengan menahan Tika agar tidak pindah dari rumahnya yang sekarang. Aku tahu dan
yakin suatu saat kita pasti akan bertemu lagi, baik itu secara sengaja ataupun
secara tidak sengaja.
Karena
merasa tak sanggup melihat kepergian Tika secara langsung, aku mengajak ayahku
pergi ke luar rumah dengan alasan bosen di rumah terus. Yah, mungkin hanya itu
alasan terbaik yang bisa kuberikan pada ayahku agar mau menuruti permintaanku.
Setelah kurasa Tika sudah pergi, aku pun meminta ayahku untuk kembali pulang ke
rumah.
Sejujurnya
ada perasaan menyesal dalam hatiku karena tidak berani mengucapkan salam
perpisahan tadi pagi. Apa mungkin perbuatanku ini salah? Tapi toh akhirnya
percuma saja karena Tika sudah pergi dan mungkin tidak akan kembali untuk
menemuiku lagi. Tapi aku berharap surat yang ku berikan padanya malam tadi bisa
menyembuhkan sakit hatinya hari ini karena teman terdekatnya saat ini tidak
mengucapkan salam perpisahan padanya. Kini satu harapanku padanya, ia mau
menghubungiku suatu hari nanti lewat nomor telepon yang telah aku tuliskan
padanya di dalam surat itu. Aku harap ia mau terus mengingatku sebagai
temannya.
“Maafkan aku Tika karena
saat terakhir kita bertemu tadi aku tidak memanfaatkannya sebaik mungkin. Aku
menghindar darimu bukan karena aku marah kepadamu tapi karena aku takut
membuatmu berat hati meninggalkanmu. Aku takut diriku ini tidak bisa menahan
air mataku dihadapanmu. Maafkan aku Tika, sekali lagi tolong maafkan aku! Maaf
kalau aku terlalu pengecut untuk menghadapi ini semua. Maaf sahabatku. Aku akan
selalu menanti telepon darimu. Aku harap kamu tidak benci padaku atas kejadian
hari ini,” ucapku dalam hati yang tanpa terasa air mataku mulai jatuh.
Comment yah readers
Christine Tan
Langganan:
Postingan (Atom)